Jakarta | Setiap meja diskusi saya sering mendengarkan kata “pemuda” merupakan harapan bangsa, kira-kira seperti itu konotasi bahasa yang di lontarkan dalam setiap diskusi diwarung kopi.
Tetapi saya lebih melihat pemuda hari ini, di tahun 2024 menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dalam membahas kandidat jagoan mereka. Di tahun sebelumnya, tahun 2019 justru pemuda masi apatis melihat politik di tahun itu, mungkin ini yang di namakan Pemuda Harapan Indonesia (PHI) di tahun-tahun yang akan datang.
Saya melihat politik hari ini begitu masif peran pemuda dalam memainkan irama politiknya, mungkin ini juga merupakan pengaruh diskusi-diskusi di warung kopi, ruang akademisi atau kah karena keinginan mereka yang sering dibilang pemuda harus mengambil peran di setiap lini manapun.
Perihal diatas senada seperti pergerakan Budi Utomo (BU) tahun 1908 pergerakan ini merupakan pergerakan melawan kolonial Belanda pada waktu itu, pemuda mulai bangkit melawan penjajahan Belanda, disini pemuda sudah mulai sadar akan rasa nasionalisme di dalam diri mereka.
Dan di tahun 1928 merupakan penyatuan rasa dari pemuda-pemuda Indonesia untuk menyatakan satu pendapat di tahun itu yang biasa dikenal dengan sumpah pemuda
Tepatnya 78 tahun yang lalu, terjadi Peristiwa Rengasdengklok yang melibatkan golongan muda dan golongan tua. Kedua golongan yang sama-sama ingin Indonesia merdeka, berseteru adu pendapat tentang kapan kemerdekaan Indonesia harus diproklamasikan.
Mengutip laman Gramedia.com, Golongan muda adalah para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia yang berambisi untuk lepas dari penjajahan, yang dimana golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Dr. Muwardi, Shodanco Singgih, Wikana, Sayuti Melik, Sudiro, BM Diah, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Adam Malik, dan Armansyah.
Sedangkan perwakilan golongan tua yakni: Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo.
Dari pergerakan kaum pemuda dari tahun 1908,1928 dan 1945 menadakan peran pemuda tidak bisa di pungkiri mereka selalu mengambil peran di lini manapun.
Dari peran itu, hari ini kita menghadapi tahun politik di 2024, dimana 2024 ini merupakan langka anak muda untuk menentukan pilihannya untuk yang akan memimpin bangsa ini.
Terlepas dari itu saya melihat hari ini kaum muda sudah banyak yang mengambil peran dalam politik, seperti halnya mereka yang ikut kontestasi dalam pemilihan legislatif.
Saran saya bagi kita hari ini yang dinamakan sebagai milenia atau kaum Z, harus begitu jeli dalam memilih pemimpin untuk masa depan Indonesia.
Mengingat tanggal 12 Desember 2024 telah selesai debat putaran pertama Capres periode 2024-2029 yang di adakan oleh KPU RI. Harapan kita sebagai anak muda atau kaum milenial maupun generasi Z dengan hadirnya debat ini melahirkan visi misi yang akan membawa perubahan bagi Indonesia, sebab dengan hadirnya debat atau dialog tersebut merupakan harapan kita bersama untuk menuju Indonesia emas tahun 2045.
Maka sikap pemuda atau yang disebut sebagai generasi milenial ataupun generasi Z mau dibawa dimana alam sadar mereka untuk memilih pemimpin Indonesia hari ini, saya rasa itu akan kembali kepada diri kita masing-masing.
Tetapi saya rasa dalam melihat pemimpin masa yang akan datang ini yang disebut pemimpin yang ideal itu bagi saya adalah pemimpin yang mampu merasakan penderitaan rakyat, karena pemimpin yang merasakan penderitaan rakyat inilah yang akan menghidupkan kembali rasa keadilan itu di akar rumput nantinya.
Sumber: Badi Farman Eks Ketua Cabang HMI Kendari Periode 2021-2023. Dan Ketua Komisi Ekonomi, UMKM dan Industri Kreatif PB HMI MPO Periode 2023-2025